Pembangunan Kilang Baru
Sari
Indonesia membutuhkan 2(dua) kilang baru dengan kapasitas 300 ribu bph untuk mengatasi impor BBM. Pemerintah telah menerima beberapa pengajuan rencana pembangunan kilang baru dari beberapa investor seperti Saudi Aramco dan Kuwait Petroleum melalui kerja sama dengan Pertamina.Namun belum ada keputusan yang konkrit untuk kerjasama terkait, sehingga Pemerintah perlu mencari strategi untuk terwujudnya pembangunan kilang tersebut, termasuk cara pengadaan minyak mentah untuk bahan baku, penentuan konfigurasi kilang serta pola pendanaannya. Untuk menyatukan pendapat terkait pengembangan kilang, LEMIGAS telah melakukan FGD (Focus Group Discussion) pada 26 Juni 2014 di Bogor dengan peserta lintas kementrian. Hasil presentasi & diskusi dari berbagai sudut pandang diperoleh gambaran bahwa pemerintah harus segera membangunan kilang baru, memilih pola pendanaan yang layak, dan mampu laksana. Pemilihan konfigurasi kilang BBM & petrokimia mampu memberikan marjin lebih baik, karena menghasilkan produk petrokimia yang lebih ekonomis dan memaksimalkan pemanfaatan hidrokarbon, serta mengoptimalkan penggunaan utilitas. Kilang pembiayaan swasta memberikan IRR sebesar 6% tanpa insentif dari pemerintah. Dengan insentif (tax allowance atau tax holiday dan pembebasan PPN barang kena pajak strategis) IRR akan meningkat menjadi 7%. Namun inipun belum cukup menarik untuk investor swasta, yang memerlukan IRR minimum sebesar 12%. Skema Kerja sama Pemerintah dan Swasta (KPS) yang disertai insentif dapat meningkatkan IRR menjadi sekitar 10-12%. Kenaikan IRR ini diakibatkan oleh 70% equity merupakan dana pemerintah. Meskipun demikian, kemungkinan pelaksanaan pendanaan secara KPS akan memerlukan proses dan waktu cukup panjang. Pembiayaan oleh Pemerintah seluruhnya dapat memberikan IRR 8,4%. Ini akan menarik apabila Pemerintah dapat menjual obligasi valas atau Suku valas/obligasi syariah yang dimasa lalu dengan kupon/imbal jasa lebih rendah dari 6% dan menurun.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDF (English)Referensi
Adam Marchino,Project Based Sukuk, www. Anggaran. Depkeu.go.id ,Warta Anggaran Edisi 25 Tahun 2012.
Ahmad Nawawi,Viability Gap Fund : Skema Baru Pembiayaan Infrastruktur, www. Anggaran. Depkeu.
Ditjen Migas Kementrian ESDM, Rencana Pembangunan Kilang Minyak, 26 Juni 2015.
Husein K, Abdel Are,Muhammad A. Alschlani,Petroleum Economic and and Economic Design for Process, Third Edition, CRC Press,2014.
Jumina dan Wijaya Karma (2012), Ketahanan Energi dan Kebijakan BBM, Pusat Studi Energi UGM.
Kemenprin, Pengembangan Kilang BBM Terintegrasi Petrokimia, Bahan Baku Alternatif, 26 Juni 2014
Kementrian Keuangan, Peluang Insentif dalam Pembangunan Kilang, 26 Juni 2014.
M.A. Fahim, T.A. AlSahhaf,A.S.Elkilani, Fundamental of Petroleum Refining, 1 ed., Elsevier, 2010.
Maizar Rahman, Prof. Riset., Husaini, Strategic Development of Refinery & Petrochemical Plant in Indonesia, Seminar Nasional Industri Petrokimia Sebagai Pilar Pembangunan Ekonomi Indonesia, Jakarta 11-12 Maret 2014.
Pertamina , Cost and Benefit Analysis, Pertamina, 26 Juni 2014
Robert E. Marple, Petroleum Refinery Process Economic, 2ed, PenWell,2000.
Thane Brown,Engineering Economical and Engineering Design for Process Engineer , CRC Press, Tay lor France, 2007
www.Platts.com, Platts Mc Graw Hill Financial, 2014
www.Platts.com, Platts, Special Report Oil, 2010
www.BP.com , Statistical of World Energy 2013
www. Opec.org, World Oil Outlook 2013.
www.idx.com, Indonesia Stock Exchange
http://em.cbonds.com
www. Berita satu.com,Tingkat Pengembalian Rendah, Pembangunan Kilang Butuh Insentif, 4 jan.2013
www.aktual.com, 5 Mei 2015
www.Vivanews, 18 Pebruari 2012.
DOI: https://doi.org/10.29017/LPMGB.49.1.237