Uji Ketahanan Biodiesel Selama 60 Jam pada Mesin Diesel Stasioner Injeksi Langsung

Pallawagau La Puppung

Sari


Minyak nabati dapat digunakan sebagai bahan bakar diesel baik sebagai minyak nabati yang murni atau sebagai metil ester asam lemak dari minyak nabati. Metil ester asam lemak dari minyak nabati adalah suatu hasil dari transesterifikasi minyak nabati, yang disebut biodiesel. Dan 100% biodiesel disebut B100, 100% minyak solar disebut B00 dan campuran B100 dengan B00 disebut Bxx (di mana xx adalah persentase B100 dalam campuran). Pada pengujian ini digunakan B30. Secara umum, uji coba minyak nabati sebagai bahan bakar diesel telah dilaksanakan dengan menggunakan mesin diesel injeksi tidak langsung sesuai dengan populasi mesin diesel untuk otomotif pada waktu itu. Sedangkan pada saat ini penggunaan mesin diesel untuk otomotif telah berkembang ke arah pemakaian mesin diesel injeksi langsung. Mesin diesel injeksi tidak langsung dapat dioperasikan dengan menggunakan bahan bakar bermutu lebih rendah dibandingkan dengan mesin diesel injeksi langsung. Ini memerlukan perhatian sebab biodiesel bermutu lebih rendah dari minyak solar. Hasil-hasil uji kinerja dan ketahanan B30 dibandingkan dengan B00 pada mesin diesel injeksi langsung menunjukkan torsi dan daya mesin lebih rendah, sedangkan konsumsi bahan bakar spesifik lebih tinggi. Emisi CO, HC dan opasitas gas buang lebih rendah, tetapi emisi NOx lebih tinggi. Deposit injektor, piston, katup-katup dan kepala silinder lebih tinggi.


Kata Kunci


minyak nabati; biodiesel; uji ketahananl; mesin diesel injeksi langsung; metil esther asam lemak

Teks Lengkap:

PDF (English)

Referensi


Rama Prihandana, Roy Hendroko dan Makmuri Nuramin, 2006, Menghasilkan Biodiesel Murah: Mengatasi Polusi & Kelangkaan BBM, PT. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Prof. Dr. H. R. Sudradjat, M.Sc., 2006, Memproduksi Biodiesel Jarak Pagar, Penebar Swadaya, Jakarta.

Franz J. Kaltner, et al., 2005, Liquid Biofuel for Transportation in Brazil, Potential and Implications for Sustainable Agriculture and Energy in the 21st Century, Study Commissioned by the German Technical Cooperation (GTZ).

Biodiesel Handling and Use Guidelines, 2004, Energy Efficiency and Renewable Energy, U.S.Department of Energy.

World-Wide Fuel Charter, 2004, ACEA, Alliance, EMA and JAMA.

Douglas G. Tiffany, 2001, Biodiesel: A Policy Choise for Minneasota, Department of Applied Economics, College of Agricultural, Food, and Environmental Sciences, University of Minnesota.

Specification for Biodiesel (B100), 2001, National Biodiesel Board, US.

Tim Penulis PS, 1999, Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran, Cetakan XI, PT. Penebar Swadaya, Bogor.

Keith Owen dan Steven Coley, 1995, Automotive Fuels Reference Book, Edisi Kedua, Society of Automotive Engineers, Inc., Warrendale, Amerika Serikat.

S. Kataren, 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Paul F. Kusy, 1982, Transesterification of Vegetable Oils for Fuels, Vegetable Oil Fuels, Proceedings of the International Conference on Plant and Vegetable Oil as Fuels, American Society of Agricultural Engineers, St. Joseph, Michigan, Amerika Serikat.

Vegetable Oil Fuels, 1982, Proceedings of International Conference on Plant Vegetable Oils as Fuels, American Society of Agricultural Engineers, Michigan, Amerika Serikat.

E. H. Pryde, 1981, vegetable Oil Vs Diesel Fuel, Chemistry and Availability of Vegetable Oils, Northern Agricultural Energy Center, Peoria, Illinois, Amerika Serikat.




DOI: https://doi.org/10.29017/LPMGB.42.1.108